Negeriku, indonesia yang kucinta. sebuah negeri dengan ratusan pulau yang tersebar dari ujung barat hingga timur. nusantara dengan bubungan gunung gemunung yang menjulang, sebuah bagian dari sirkum pasifik dan sirkum mediterania yang menyatu dalam titik di sekitar katulistiwa. negeri yang
kaya dengan segala limpahan harta bumi, karunia Ilahi yang dianugerahkan bagi penduduknya, penduduk yang sungguh mencintai alamnya. kami hidup dalam limpahan kekayaan alam, hingga Koes Plus mengabadikannya dalam sebuah lagu, ” … bukan lautan tapi kolam susu. kail dan jala cukup menghidupimu. tiada badai tiada topan kau temui. ikan dan udang menghampiri dirimu …” tak salah, bahkan tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman. sungguh subur negeri ini. sungguh kaya mineral yang terkandung dalam negeri ini. sungguh celaka bagi tiap insan yang tak pernah bersyukur akan karunia nikmat ini.
Indonesia yang berani menyatakan kemerdekaan di tengah dentuman meriam dan desingan peluru penjajahan bangsa lain. sumber daya manusia yang hebat, dengan semangat yang hebat, dan kepedulian sesama yang luar biasa. negeri yang merdeka 67 tahun lalu, kini kembali menghadapi penjajahan. bukan secara langsung. negeriku dirampok secara moral, intelektual, dan material. berbagai kebudayaan barat dijejalkan ke otak-otak pemuda indonesia. hedonisme disuntikkan ke naluri pemuda, menggantikan kebudayaan ramah tamah, santun, berjiwa besar dan semangat yang telah menjadi akar budaya di nusantara. ini adalah masa ketika emosi dan nafsu lebih berkuasa dibandingkan logika. ketika manusia tak menghargai lagi keberadaan manusia di sekitarnya. dia yang memiliki jabatan maka ia berkuasa, persis seperti hukum rimba. ya, memang hukum rimba kini seolah menjadi kitab pedoman yang berlaku di indonesia. maka tak salah jika banyak orang yang berlomba menjadi penguasa, hingga harus menggelontorkan dana sekian milyar rupiah hanya untuk mmenangkan pemilihan demi menjadi kepala daerah, gubernur, ataupun pemimpin daerah lainnya. dan tak salah pula ketika memang ia menjadi pemimpin maka motivasinya adalah untuk berkuasa atas apapun, menyerobot uang rakyat agar bisa “balik modal”.
Negara ini, dengan segala macam potensi dan kekayaan alamnya, pantas untuk menjadi negara besar. namun kenyataan yang kita hadapi berbeda. negara ini diklaim sebagai negara terkorup nomor 2 sedunia. rasanya saya tak terima dan ingin mengutuki siapapun yang mengatakannya. Indonesia yang aku cintai, kini harga dirinya diinjak-injak bangsa lain. tapi saya tak bisa menyalahkan mereka, karena toh kenyataan yang kita hadapi adalah seperti itu. negeri kita dikuasai oknum berkepentingan yang tak mau tahu penderitaan orang lain.
Pantaslah jika Peter Druker pernah berkata, bahwa tidak ada negara yang miskin, tetapi yang ada adalah negara yang salah kelola, dan indonesia adalah salah satunya. jika kita kembali mempelajari sejarah dan mau menelaahnya lebih dalam, maka akan kita temukan betapa tinggi mimpi yang digantungkan oleh para pendahulu kepada generasi mendatang negeri ini. negeri yang dibangun dengan lumuran darah para pejuang kini dikelola dengan semena-mena. banyak masalah yang timbul, masyarakat yang tidak puas akan kinerja wakil rakyat, dan ratusan bahkan ribuan ketidaknyamanan yang dirasakan masyarakat ini. wakil rakyat dipilih bukan berdasarkan kapabilitasnya menyuarakan aspirasi rakyat. maka pantas jika dalam sidang DPR yang selalu mewah itu mereka menyuarakan aspirasi pribadi dan aspirasi partai. mereka menyamankan diri sendiri dalam bangunan megah bernama gedung DPR, agar tidak mengantuk dan rapatnya dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik, demikian alasannya. namun mohon para wakil rakyat berkenan melihat ke sekitar, tak perlu jauh-jauh. ketika mereka duduk di kursi seharga jutaan rupiah, masih banyak rakyat yang bahkan tak memiliki kursi untuk duduk, ketika mereka memakan camilan seharga puluhan ribu rupiah, masih banyak rakyat yang mengais tong sampah demi mencari sisa makanan, ketika mereka berencana membangun gedung baru DPR, masih banyak rakyat yang tak memiliki rumah tinggal. negeri ini penuh dengan komparasi yang tak masuk akal. judul awalnya adalah “wakil rakyat”, tapi sama sekali tak mencerminkan kehidupan rakyat. maka sebagai wakil dari rakyat Indonesia, sekali waktu rasakanlah bagaimana realita kehidupan rakyat. menjadi wakil rakyat bukan berarti mendapat tiket gratis liburan bersama keluarga ke Jerman dan Belanda. bukan juga jaminan mendapat ceperan dari proyek milyaran rupiah. ah, saya jadi rindu masa ketika belantara musik indonesia masih diisi dengan lagu-lagu kritikan seperti era Iwan Fals dulu. bukan masa ketika musik percintaan telah menjadi lagu wajib bagi anak muda. “… wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat …”
Setiap bidang di negeri ini memiliki masalahnya masing-masing, namun saya hanya akan mengumpati dua bagian saja yang pengelolaannya sangat kacau, dan saya bilang sangat busuk! negeri ini mendidik praktisi medis agar sama sekali tak menghargai nyawa manusia. institusi kesehatan, ada di list pertama di daftar pengelolaan terburuk versi saya. miris rasanya ketika melihat berita bahwa seseorang yang miskin ditolak oleh rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya administrasi. padahal penyakitnya waktu itu sudah parah, dan hingga ia meninggal pun pihak rumah sakit tak mau peduli lagi. saya heran, apa rumah sakit sekarang sudah jadi perusahaan? yang orientasinya hanya mencari untung? jadi bagi yang tidak punya uang ya tidak bisa membeli jasa pelayanan kesehatan? padahal negara kita cukup kaya untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya? seolah ada plang besar di depan rumah sakit, “ORANG MISKIN DILARANG SAKIT.” jamkesmas, askes, dan segala macam jaminan bagi rakyat miskin sengaja dibuat sangat ribet dalam urusan administrasinya. bayangkan saja, orang sakit itu butuh penanganan cepat, jika harus menunggu lamanya birokrasi tetek bengek semacam itu, keburu mati dong pasiennya. inilah negaraku, ketika negara lain telah mampu memberikan pelayanan kesehatan secara gratis, kita justru masih terjebak dalam kebusukan pengelola institusi “perusahaan kesehatan indonesia”.
Institusi pendidikan tak kalah busuknya. pelajar indonesia lebih suka diam menjadi bulan-bulanan korban kurikulum. saya bukan ahli dalam bidang pendidikan, jadi mungkin anda lebih paham. namun seingat saya sejak saya masih SMP dahulu sudah beberapa kali pendidikan di indonesia berganti kurikulum. mulai dari KBK, CBSA, dan entah istilah-istilah lainnya. juga dengan model sekolah yang demikian banyak. ketika saya masih SMP dulu, SPP saya masih sekitar 15 ribu dalam satu bulan (waktu itu belum ada BOS). ketika itu sekolah sudah mengadopsi sistem Sekolah Berstandar Nasional yang waktu itu sedang ngetren. baru-baru ini ada lagi yang baru yaitu RSBI, atau Rintihan Sekolah Berbiaya Internasional. SPP yang normalnya hanya sekitar 50 ribu, kini menjadi 150-200ribu setiap bulan, belum lagi iuran-iuran dan uang gedung lainnya. itu untuk SMP, untuk SMA SPPnya menjadi 200-400 ribu per bulan. kini bagi orang pintar yang kebetulan kurang mampu, tak sanggup sekolah disana. kini kita berbicara kualitas. apakah dengan adanya perubahan nama dan sistem seperti itu juga diiringi dengan perubahan sumber daya yang mengisinya? saya rasa akan lebih menjanjikan ketika 20% APBN tersebut benar-benar dimaksimalkan untuk pengembangan kapabilitas pengajar, mengingat sekitar 10% dari 20% tersebut murni untuk mengembangkan pendidikan. pada akhirnya, sama saja dengan institusi kesehatan, akan ada plang besar di depan setiap sekolah, “ORANG MISKIN DILARANG PINTAR”
Pernahkah terpikir, kenapa kita dilahirkan di negeri seperti ini? kenapa aku tak lahir di negeri yang telah nyaman saja? Singapura mungkin, atau Jepang, Perancis, Inggris? ya, saya pernah terpikir seperti itu. namun saya kembali tersadar, bahwa memang disinilah tugas kita. amanah yang dititipkan di pundak kita generasi muda untuk memberikan perubahan pada carut marut negeri kita ini. saya atau anda tak akan pernah bisa memberikan perubahan yang berarti untuk negeri ini jika sendirian. namun ketika sebuah lilin menyala, dan membagi apinya dengan lilin yang lain maka kegelapan itu lama kelamaan akan terusir. berganti dengan malam benderang yang siap menyongsong fajar. dan marilah kita menjadi bagian dari perubahan itu.
Sumber : https://adityahendriawan.wordpress.com/2012/09/08/negeri-berjuta-luka-sebuah-renungan-atas-carut-marut-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar